|
Add caption |
Seperti sudah diprediksi oleh banyak orang, saya salah satunya, banjir akan menjadi primadona kampanye saat Pilkada memasuki putaran kedua. Menurut saya, hal ini menjadi bonus kampanye bagi Ahok dan bonus kampanye bagi Anies. Tergantung siapa yang paling pintar memainkannya.
Bagi Ahok, ini adalah kampanye gratis baginya. Karena Ahok tidak dinonaktifkan sehingga bisa menunjukkan keistimewaan dirinya yaitu tipikal orang yang punya kemampuan mengakumulasi setiap perhitungan dan konsep yang kemudian diimplementasikan dengan cepat dan tepat.
Hal inilah mengapa Ahok tidak memikirkan rencana tim suksesnya untuk memenangkan dirinya dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Sikap itu, kata dia, telah disampaikan kepada empat partai pengusungnya, yakni Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Nasdem, Hanura, dan Golkar.
“Saya kan sudah bilang sama partai, saya itu profesional, kerja aja deh. Enggak usah urusin tim pemenangan, yang penting kerja aja,” kata Ahok di Balai Kota, Jumat, 30 September 2016.
Ahok mengaku mendapatkan wejangan dari Presiden Joko Widodo yang meminta agar dia hanya fokus pada pembenahan Jakarta. “Pak Jokowi juga bilang gitu, kerja aja. Ngapain sih kau ngatur ini ngatur itu, kerja aja yang beres,” kata
Ahok.
Berbeda dengan Ahok, Anies adalah antitesisnya Ahok. Kalau Ahok terkenal dengan kerjanya, maka Anies terkenal dengan narasinya dan kepintarannya berkata-kata. Masih terus menjadi trending topik adalah penjelasan Anies mengenai rumah dengan DP nol persen yang berubah menjadi rumah dengan DP Rp. 0 (baca >>>
Kata Anies).
AHOK RELOKASI WARGA, ANIES TIDAK PERLU RELOKASI
Jadi jangan heran, kalau dalam blusukan banjir yang mereka lakukan, perbedaan mencolok juga terjadi. Ahok yang masa bodoh dengan pencitraan melakukan kunjungan langsung kepada warga dan menawarkan solusi. Bahkan Ahok tanpa basa basi meminta warga siap-siap untuk direlokasi supaya sungai bisa dinormalisasi.
“Harus tetap normalisasi. Kalau ada yang punya lahan, makanya saya selalu sampaikan ke masyarakat segera urus sertifikat. Dulu susah mesti bayar BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan), sudah saya gratiskan. Kalau sudah dapat sertifikat ya mau nggak mau kami harus bayar harga yang berdasar NJOP supaya mereka bisa beli di tempat lain.” kta
Ahok.
Sedangkan Anies tidak setuju dilakukan relokasi. Meski setuju adanya normalisasi, Anies menyatakan bahwa warga cukup di tata saja lingkungannya. Entah bagaimana caranya, tetapi Anies sangat yakin bahwa relokasi tidak diperlukan untuk mengatasi banjir.
“Nggak (perlu relokasi), itu bisa ditata ulang lingkunganya tanpa harus dipindahkan dan itu bisa dikerjakan, tinggal kemauan saja kok,” ujar
Anies di RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu, Kampung Makasar, Jakarta Timur, Senin (20/2/2017).
Entah apa maksudnya yang penting ada kemauan. Saya jadi melihat pernyataan Anies ini sama dengan Agus yang menyebutkan yang penting “Good Will”. Yah kalau cuman kemauan tapi tanpa ada relokasi bagaimana melakukan relokasinya??
AHOK JUMPAI WARGA, ANIES JUMPAI BANJIR
Perbedaan juga terjadi saat Ahok dan Anies memilih objek berbeda yang mereka temui saat blusukan banjir. Jika Ahok memilih menjumpai warga, Anies malah memilih menjumpai banjir. Dalam kunjungannya menyapa warga, Ahok disambut dengan sangat meriah.
Ketika tiba di Masjid Universitas Borobudur, para pengungsi langsung antusias menyambut kedatangan Ahok. Mereka berteriak dan bertepuk tangan sambil menyebutkan nama mantan Bupati Belitung Timur ini.
“Ahok.. Ahok… Terima kasih Pak sudah datang ke sini, melihat kami,” teriak warga.
Seperti biasa, kedatangan Ahok memang membuat suasana menjadi
riuh (bukan ricuh). Kedatangannya pun membuat warga berebut bersalaman dan berfoto dengan Ahok. Bahkan harus ada yang mengatur supaya semua bisa bersalaman dengan Ahok. Menariknya ada warga yang menyatakan ingin Ahok tetap jadi Gubernur DKI.
“Permisi ya, kasih kesempatan para korban pingin salaman dengan Pak Ahok,” ucap salah satu warga.
“Seneng banget. Kita dikunjungi sama bapak kita. Walaupun kita orang kecil, Pak Ahok mau datang kemari. Makanya pada rebutan mau foto dan salaman sama bapak kita orang kecil,” kata Masripah.
“Aku ingin Pak Ahok lanjut lagi mimpin Jakarta. Sebab kerjanya sudah nyata. Rumah saya memang banjir, justru itu butuh Pak Ahok untuk menyelesaikan masalah banjir ini,” kata Mayu.
Itulah respon warga saat Ahok mendatangi mereka. Berikut adalah foto-foto kegembiraan mereka dikunjungi Ahok di tengah-tengah banjir yang melanda pemukiman mereka.
|
Add caption |
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dikerumuni warga saat mengunjungi tempat pengungsian korban banjir di Masjid Universitas Borobudur, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Senin, 20 Februari 2017 (Beritasatu.com/Lenny Tristia Tambun)
Ketika Ahok sedang bertemu dengan warga, Anies sedang melakukan “syuting” adegan untuk menarasikan banjir di Jakarta dan bagaiman kepedulian seorang calon pemimpin. Narasi ini digambarkan dengan ciamik oleh foto-foto yang diupload dalam akun Facebook timsesnya.
Anies yang blusukan mengunjungi banjir ini terlihat keren ketika melihat kondisi banjir di RW 4 Kelurahan Cipinang Melayu. Dengan perahu karet dia menyusuri banjir dan mendatangi salah satu rumah warga. Anies ditemani dengan setia oleh Ketua RW 04 Cipinang Melayu Irwan Kurniadi.
“Saya ingin datang ke sini, ingin melihat, berinteraksi dengan warga secara langsung, mendengar keluhannya dan ternyata tempat ini enggak pernah didatangi. Pak Gubernur, Pak Wakil Gubernur pernah datang ke sini?” tanya Anies kepada Irwan yang ada di sebelahnya, Senin (20/2/2017).
“Belum pernah,” jawab Irwan.
Saat berkeliling meninjau lokasi banjir, Anies mengaku dapat merasakan penderitaan warga korban banjir.
“Tadi saya ketemu dengan orangtua di situ tempat tidurnya dinaikkan bersama dengan cucunya berdua bertahan (tidak mengungsi),” ujar Anies.
Berikut adalah gambar Anies blusukan banjir yang dinarasikan dengan baik melalui akun Facebook timsesnya..
PILIH EKSEKUTOR ATAU NARATOR??
Blusukan banjir adalah gambaran nyata dua cagub yang akan dipilih oleh warga DKI. Pilihannya antara seorang eksekutor atau seorang narator. Seorang yang mengunjungi warganya, atau seorang yang mengunjungi banjirnya. Pilihan yang sebenarnya sangatlah mudah kalau kita bisa berpikir normal.
Ahok selalu memprioritaskan warga bukan dirinya. Itulah juga yang menjadi alasan, mengapa Ahok tidak perlu turun langsung ke lapangan dan hanya menemui warga dengan memberikan sebuah solusi yang akan dilakukannya. Berbeda dengan Anies yang malah menjadi prioritas dan mengganggu proses pengungsian.
Saat meninjau lokasi banjir di Cipinang Melayu, Ahok tidak turun langsung berkeliling ke perkampungan yang sedang dilanda banjir. Ahok mengatakan alasannya tidak turun karena tidak mau merepotkan warga sekitar bila membutuhkan perahu karet.
“Repot. Nanti turun ada perahu karet, semua pejabat ikut. Orang butuh tapi nanti orang yang bawa kita tenaganya habis. Sedangkan yang butuh, anak-anak lebih banyak. Aku ini berat loh, 92 kg,” tutup Ahok.
Tidak susah bukan untuk memilih siapa yang akan menjadi Gubernur DKI 2017-2022?? Ahoklah orangnya.
Sumber : https://seword.com